“One Heart to One Earth”
Sebait kalimat dari salah satu lagu Iwan Fals di atas, menginspirasi kegiatan
Peringatan Hari Bumi (19-21/04) lalu. Kegiatan yang menjadi salah satu program
kerja Badan Eksekutif Mahasiswa ini bertujuan untuk melestarikan lingkungan,
sebagai wujud pengabdian terhadap masyarakat. Pengabdian masyarakat sendiri
termasuk ke dalam departemen yang ada di struktur organisasi BEM tahun 2012.
Meski termasuk program kerja jangka pendek atau dadakan, tidak mengurangi esensi program ini. “Walaupun ngedadak,
ayo kita jalankan.” kata Fahmi.
Konsep kegiatan ini baru tercetus seminggu
sebelum acara. Itu bermula saat salah satu anggota Departemen Pengabdian
Masyarakat mengusulkannya kepada Ketua BEM. “Bagus itu, ayo langsung bikin
pamfletnya.” kata Ketua BEM. Tanpa membuang waktu pamfletpun jadi dibuat dan
paginya siap untuk dipublikasikan.
Media publikasi yang dipilih adalah mading;
Himpunan dan BEM. Setiap Himpunan diberitahukan tentang konsep acara. Selain
itu, dilakukan juga publikasi di jejaring sosial seperti tweeter, facebook, dan
blog BEM. Dari publikasi itu diharapkan informasi kegiatan dapat tersampaikan
pada rekan-rekan mahasiswa, dan mereka dapat berpartisipasi di dalamnya, amin.
Lupa itu manusiawi. Tak ingat bahwa pada
tanggal 21 juga terdapat hari yang bersejarah; Hari Kartini. Tak ingin mengabaikan hari bersejarah itu,
maka kedua kegiatan itu dilebur jadi satu kegiatan yang berdurasi 3 hari. Walau
demikian, rekan-rekan BEM tetap semangat mempersiapkan dengan sungguh-sungguh.
Hari pertama kegiatan adalah agenda
pembagian stiker sekaligus wawancara. Wawancara ini difokuskan pada semua Ketua Himpunan. Mereka menyambut baik peringatan
Hari Bumi dan Hari Kartini ini, “Acara
ini bagus,” ucap Gunawan, “Kita
diingatkan untuk peduli terhadap bumi sekaligus mengingat jasa pahlawan wanita
Indonesia.” pungkas Ketua HIMA
Diksatrasia itu. Selain itu, diwawancara juga tak kurang dari puluhan mahasiswa
di lingkungan FKIP. Umumnya, mereka menyambut baik kegiatan ini dan senang
karena dapat berpartisipasi di dalamnya. “Acaranya bagus, apalagi sampe tiga
hari. Bisa dapet stiker tiap hari nih. Hehehe” kata salah satu mahasiswa.
Oya, hampir lupa, sebelum hari pertama,
malam harinya dilakukan pemasangan slogan. Slogan ini dibuat pada sebuah kardus
dan ditempel dengan bambu.
Selanjutnya, slogan-slogan ini ditancapkan di taman sekitar FKIP sebagai
himbauan kepada mahasiswa untuk menjaga lingkungan. “Berkawan dengan sampah, jangan tutup hidung, tapi tutup telinga.” begitulah
salah satu bunyi slogannya.
Pada hari keduanya, agenda kegiatan
dilanjutkan dengan penanaman pohon di lingkungan sekitar FKIP. Sebelum
penanaman ini terlebih dahulu
dilakukan jumat bersih (JUMSIH) yang menjadi agenda mingguan di FKIP. Semua HIMA terjun berpartisipasi dalam acara
ini tak terkecuali. Dengan seketika lingkungan sekitar FKIP terbebas dari
sampah yang terlihat dan tempat sampah pun memainkan fungsinya. Setelah itu
tinggalah menunggu penenaman.
Penanaman yang diagendakan sempat hampir molor dari waktu yang diagendakan.
Selain ada beberapa Ketua HIMA
yang sedang kuliah, huajn pun kemudian turun. Hujan yang mengguyur secara
tiba-tiba membuat panitia mencari akal agar penanaman tetap berlangsung pada
pukul 16.00. Setelah beberapa lama besar, hujan tersebut mengecil sepuluh menit sebelum waktu yang diagendakan.
Pohon yang pertama ditanam adalah
jambu air (Syzygium aqueum) oleh Ketua BEM. Diiringi hujan yang
masih turun rintik-rintik penanaman dilanjutkan dengan pohon jambu air (Psidium
guajava). Pohon ini ditanam oleh Ketua Umum HIMA Lampyris. Letaknya di samping jalan
setapak menuju kebun percobaan. Jaraknya yang berdekatan dengan pohon pertama
tidak mengganggu keindahan taman FKIP.
Selanjutnya, pohon yang ditanam adalah cengkeh (Gugenia aromatica) oleh Ketua BLM FKIP. Pohon ini ditanam di
atas bundaran kebun yang berada tepat di depan toilet wanita. “Semoga cepat
tumbuh dan bermanfaat.” ucap Sandi
saat penanaman.
Bergerak menuju sisi yang berseberangan,
ditanam pohon bisbul (Diospyros blancoii)
oleh Ketua HIMA
Diksatrasia. Di samping kirinya, tegak berdiri pohon sirsak (Annona
muricata) yang ditanam oleh Ketua Umum HIMA GUSEDA. Pohon-pohon ini menambah penuh Taman FKIP
dengan oksigen sebagai bahan penyuplai kehidupan bagi kita.
Untuk pohon yang terakhir, matoa (Pometia
J. R.), ditanam di samping ruang tata usaha FKIP. Letaknya dekat
dengan plang FKIP. Pohon ini ditanam
oleh perwakilan Ketua
HIMA D’Basis yang diwakili oleh anggotanya. Selain itu, empat pohon lain
selanjutnya ditanam di sekitar Kampus UNPAK untuk menyebar oksigen dari pohon
itu pada seluruh lingkungan kampus. Agenda hari kedua berjalan lancar. Dengan
suasana hikmat di bawah guyuran hujan yang langsung menyirami tanaman, semoga
tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Acara puncak dilaksanakan di hari
ketiga, sabtu (21/04). Acara yang beragendakan kreasi seni ini dilaksanakan di
depan Taman FKIP. Nama agenda ketiga ini adalah Panggung Sandiwara. Diambil
dari kata yang terucap pada perumusan konsep seminggu sebelum acara. Dalam
agenda acaranya, telah disusun penampilan kreasi dari setiap HIMA. Ada yang
menumbangkan puisi, lagu, drama, bahkan ada juga yang membawakan prolog.
Acara yang dimulai pukul 14.00 siang itu
dibuka dengan smbutan dari Ketua
BEM, “Acara ini tidak formal,” katanya, “Tapi tak mengurangi pesan di dalamnya.
Selamat menikmati acaranya.” tambah lelaki yang berdomisili di Gadog ini. Penampilan kreasi dibuka dari HIMA GUSEDA.
Mereka menyumbangkan lagu berjudul Laskar Pelangi. Dilanjutkan dengan
penampilan prolog dari perwakilan HIMA Diksatrasia. Prolog itu berisikan pesan
untuk menjaga lingkungan. Alam bisa bicara, “Andai alam bisa bicara, mereka tidak
membutuhkan manusia,” ucap Dden, “Mereka bisa hidup sendiri, tapi kita
membutuhkan mereka”
lengkapnya.
Penampilan selanjutnya adalah HIMA Lampyris. Mereka membawakan lagu
berjudul Tanah Air Pusaka dan Kabar
Cuaca. Dilanjutkan dengan musikalisasi puisi yang dibacakan oleh
Resti, perwakilan anggotanya. “Maknailah semua yang terjadi habis gelap,
hingga kita temui apa terang itu sebenarnya.” di bait-bait terakhir
puisi yang dibacakannya. Pembacaan puisi tersebut selesai tepat saat hujan yang kembali turun seperti pada
hari kedua. Hujan yang langsung besar ini membuat acara terpaksa ditunda.
Dalam guyuran hujan yang deras, terpikir
mencari ruangan kosong untuk melanjutkan acara. Dengan inisiatif yang tinggi
para pengurus BEM trangginas mempersiapkan
ruangan demi berlanjutnya
acara yang meriah ini. Akhirnya acara dilanjutkan di ruang 3.1 FKIP yang kosong
tanpa ada perkuliahan.
Penampilan selanjutnya, diawali oleh
musikalisasi puisi perwakilan dari HIMA Diksatrasia. Dalam penampilan ini,
banyak pesan yang disampaikan.
Dilanjutkan dengan penampilan puisi oleh perwakilan HIMA Lampyris. Puisi ini berisikan pesan untuk menjaga alam.
Diksatrasia kembali menampilkan kreasi
berupa drama yang merupakan bidangnya. Penampilan kreasi ditutup dengan menyanyikan
lagu Ibu Kita Kartini dan Lestari Alamku…. bersama-sama semua peserta. Sebelum
penutupan acara, diumumkan pula pemenang lomba slogan. Juara ketiganya, diraih Lampyris, kemudian Diksatrasia, dan
Guseda juara kedua dan pertama.
Dalam perjalanan acara di hari ketiga, tak
lupa setiap jeda sesi penampilan kreasi dibagikan stiker pada para peserta yang
beruntung menjawab pertanyaan.
Tidak itu saja, setiap yang sudah menampilkan kreasi pun diberi stiker sebagai
apresiasi atas penampilan mereka. “Ini merupakan wujud penghargaan BEM,” ucap
Cikal, “Melalui penghargaan ini BEM berterimakasih kepada para HIMA melalui
para perwakilannya yang telah menampilkan kreasi inspiratif.” lengkap salah satu anggota Departemen
Pengabdian Masyarakat itu. Semua peserta pun pada akhirnya mendapatkan stiker
acara Hari Bumi dan Hari Kartini.
Pada akhir acara tidak ada penutupan
formal. Penutupan dilakukan oleh Ketua BEM dengan beberapa pesannya. “Terima
kasih kawan-kawan atas partisipasinya,” ucap
Fahmi, “Semoga kegiatan ini membawa berkah. Dan angan lupa, pohon yang telah
ditanam oleh masing-masing himpunan dirawat dan dijaga.” Tambahnya. Kemudian mahasiswa
Pendidikan Biologi semester 6C itu berpendapat bahwa, yang terpenting adalah
tindakan nyata, bukan kata-kata, baik dalam melaksanakan kegiatan ataupun dalam
melestarikan alam. Semoga kita dapat mencontoh kegigihan Kartini dalam
memperjuangkan sesuatu dan membangkitkan kesadaran diri sendiri untuk menjaga
dan melestarikan lingkungan sekitar, kampus-terutama lingkungan FKIP-.*(AY)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar